kopi

Kopi

Kopi Termasuk Komoditas Unggulan

Tanaman kopi (Coffea spp) merupakan salah satu hasil komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan memiliki peran penting sebagai sumber devisa negara. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari sekitar dua juta jiwa petani kopi di Indonesia.

Indonesia menghasilkan tiga jenis kopi berturut-turut berdasarkan volume produksinya yaitu Robusta, Arabika, dan Liberika. Kopi Robusta banyak ditanam pada tanah mineral dengan ketinggian tempat antara 300 – 900 m dpl, kopi Arabika banyak ditanam pada tanah mineral dengan ketinggian tempat lebih dari 1.000 m dpl, dan kopi Liberika banyak ditanam pada tanah gambut di lahan pasang surut dan tanah mineral dekat permukaan laut. Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi Robusta dengan pangsa sebesar 20% dari ekspor kopi Robusta dunia.

Luas Areal Tanaman Kopi di Kabupaten Bolaang Mongondow, dapat dilihat sebagaimana pada grafik di bawah ini;




Pada akhir tahun 2022, Luas tanam Kopi di Kabupaten Bolaang Mongondow telah mencapai 4.316,64 ha, tersebar di 15 kecamatan, dengan urutan luas tanam terbesar di Kecamatan Lolayan, selanjutnya Kecamatan Passi Timur, Kecamatan Bilalang, Kecamatan Passi Barat dan Kecamatan Bolaang, dan seterusnya tersebar di Kecamatan lainnya dengan luas populasi tanaman kurang dari 100 ha.

Produksi tanaman Kopi di Kabupaten Bolaang Mongondow pada kurun waktu 2017 - 2022, dapat dilihat sebagaimana pada grafik di bawah ini;



Produksi tanaman Kopi tahun 2022 sebesar 2.972,83 ton, dengan produktivitas rata-rata 834,61 kg/ha. Angka ini masih berada di kisaran rata-rata produktivitas nasional, meskipun masih jauh dari potensi sesungguhnya. Menurut laporan Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG), jika tanaman kopi dirawat dan dikelola secara optimal, potensi produktivitas kopi arabica Gayo bisa mencapai 2.000 kg per ha per tahun.

Permasalahan utama pada perkebunan kopi adalah rendahnya produktivitas kopi, antara lain disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis baik kualitas maupun kuantitas. Serangan OPT tidak hanya pada tanaman dewasa di lapang tetapi juga di pembibitan, kebun entres, dan penyimpanan. Beberapa jenis OPT yang menyerang bagian buah kopi antara lain yaitu, hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) menyebabkan penyakit bubuk buah dan kutu putih (Planococcus citri) yang dapat menyebabkan gugur pada buah muda dan pengerutan pada buah berukuran besar (Hapsari et. al, 2015). Hama utama yang biasanya menyerang buah kopi adalah hama penggerek buah kopi (PBKo). Kumbang dan larva hama ini menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan membuat lubang gerekan untuk tempat hidup di dalam biji kopi. Kemudian menyebabkan kerusakan yang parah pada biji kopi dan biji kopi menjadi busuk.

Jenis Penyakit yang Menyerang Buah Tanaman Kopi; Jenis Penyakit Spesies Familia; 1. Gugur Buah Planococcus citri Pseudococcidae 2. Bubuk Buah Hypothenemus hampei Curculionidae 3. Busuk Buah Fusarium sp Nectriaceae

1.Penyakit Gugur Buah : Penyakit gugur buah pada tanaman kopi disebabkan oleh hama Planococcus citri. Secara taksonomi, Planococcus citri termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Hemiptera, familia Pseudococcidae dengan genus Planococcus. Planococcus citri atau biasa disebut dengan Kutu Dompolan merupakan hama yang menyerang buah dan bunga kopi. Bunga dan buah kopi muda yang terserang akan mengering dan gugur, sedangkan buah dewasa akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum waktunya (Mawardi et. al, 2018).

Kutu dompolan biasanya berasosiasi dengan semut, karena kotoran banyak mengandung gula sehingga sangat disukai oleh semut. Sebaliknya, semut menyebarluaskan hama ini untuk mencarikan tempat terbaik. Selain berasosiasi dengan semut, kutu ini juga menjadi vektor atau pembawa cendawan atau penyakit yang lainnya, misalnya cendawan jelaga (Najiyati dan Danarti, 1980).

Kutu dompolan memiliki telur berwarna kuning muda, panjang 0,3 mm, lebar 0,15 mm, diletakkan berkelompok dan dibungkus lilin, umur 3-4 hari. Panjang nimfa 0,55 mm diselimuti lapisan lilin. Instar pertama selama 6-10 hari, dan instar ke-2 umumnya 10-14 hari, setelah itu membentuk imago (Isnaini et. al, 2017). Kutu dompolan ini memiliki ciri-ciri morfologi seperti warna kutu putih coklat kekuningan sampai merah orange, tubuhnya dilapisi lilin yang bertepung berwarna putih. Bentuk tubuh dari kutu dompolan jantan dan betina berbeda. Kutu betina berbentuk oval dan tidak mempunyai sayap, ukuran panjang tubuh 3 mm. sedangkan kutu jantan tubuhnya kurus dan panjang, mempunyai sayap, panjang tubuhnya 1-1,15 mm (Sugiarti, 2019).

2.Penyakit Bubuk Buah Penyakit bubuk buah pada kopi disebabkan oleh hama sejenis kumbang kecil dengan nama ilmiah Hypothenemus hampei. Hama penggerek buah kopi (PBKo) ini merupakan hama yang biasanya menyerang dan menyebabkan turunnya produksi kopi di Indonesia, bahkan terjadi juga di seluruh negara penghasil kopi. Tanaman kopi yang rimbun dengan naungan gelap disukai oleh hama H. hampei. Beberapa jenis kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh hama H. hampei di antaranya adalah buah menjadi tidak berkembang, buah berlubang sehingga hampa jika ditekan, serta berubah warna dari hijau menjadi kuning kemerahan dan berakhir gugur. Kerusakan-kerusakan ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas kopi sehingga dapat menurunkan produksi sebesar 10 – 40% (Mulyani & Nildayanti, 2018; Zahro’in, E. & Y, 2013).

Gejala serangan hama penggerek buah kopi (PBKo) dapat diketahui dengan keberadaan bubuk di sekitar lubang kecil pada buah kopi. Hama PBKo dapat menggerek buah kopi yang masih muda sampai dengan yang masak. Namun, hama ini biasanya menggerek buah muda dan buah yang mulai mengeras, yaitu ketika endosperm masih lunak (Hayata, 2016). Serangan umumnya hanya dilakukan oleh H. hampei betina dewasa yang sudah kawin untuk keperluan makan bagi imago H.hampei (Laila, 2011). Hama ini masuk ke dalam buah dengan cara membuat lubang pada posisi di sekitar diskus (pusar) buah kopi. Serangga betina ini kemudian akan meletakkan telurnya di benih endocarpium. Setelah telur menetas, larva akan memakan biji buah kopi dari dalam sehingga berat buah kopi berkurang (Erfan et al., 2019). Jika serangan PBKo terjadi ketika buah masih muda, maka akan mengakibatkan buah muda gagal berkembang dan gugur. Namun jika buah sudah mulai mengeras, akan mengakibatkan biji kopi cacat berlubang, cacat, dan busuk (Erfandari et al., 2019).

Pengendalian hama PBKo dapat dilakukan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yang di dalamnya terdapat pengendalian secara kultur teknis, secara biologi, secara fisik (mekanik).

Pengendalian secara kultur teknis yaitu membuat ekosistem tidak sesuai bagi hidup hama PBKo. Pengendalian ini dilakukan dengan cara pemangkasan dan sanitasi kebun. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan menyemprotkan media biakan cendawan Beauveria bassiana pada saat buah masih muda.

Pengendalian secara fisik (mekanik) dilakukan dengan menggunakan perangkap serangga Brocarp Trap yang dilengkapi senyawa Hypotan (Laila, 2011; Wiryadiputra, 2007).

3.Penyakit Busuk Buah Penyakit busuk buah pada kopi disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp. Menurut Soertoningsih et al., (1989), Fusarium sp. sering menjadi parasit yang dapat menginfeksi bagian tanaman seperti buah dan biji-bijian. Biasanya gejala yang ditimbulkan dari jamur patogen ini berupa kelayuan, dumping off, busuk buah dan biji-bijian. Patogen ini memproduksi beberapa zat toksin di antaranya fusaric acid dan fumonisin yang dapat memperparah penyakit. Patogen ini juga mengubah permeabilitas membran plasma dari sel tanaman inang yang mengakibatkan tanaman yang terinfeksi akan lebih cepat kehilangan air daripada tanaman yang sehat (Chehri et al., 2010).

Patogen Fusarium sp penyebab busuk buah kopi sering menyerang pada musim hujan, terutama di daerah yang memiliki kelembaban yang tinggi dan beriklim basah. Penularan penyakit biasanya melalui aliran air yang terkontaminasi patogen sehingga jangkauan penyebarannya menjadi luas. Jamur Fusarium sp. dapat menginfeksi buah kopi ketika buah kopi tersebut terlebih dahulu sudah terinfeksi oleh serangga, di antaranya hama bubuk buah kopi (Hypothenemus hampei). Menurut Wiryadiputra (2007), serangan hama bubuk kopi pada buah yang masih muda dilakukan hanya untuk keperluan makan bagi imago yang selanjutnya ditinggalkan. Lubang bekas gerekan ini kemudian dijadikan pintu masuk oleh jamur patogen seperti Fusarium sp. Penelitian oleh Laila et al., (2011) juga menunjukkan bahwa pada buah kopi yang masih berwarna hijau (muda), Fusarium sp hanya menyerang buah yang sudah dilukai lebih dahulu. Gejala awal serangan Fusarium sp adalah munculnya bercak hitam di sekitar lubang. Bercak hitam ini kemudian melebar hingga menutupi permukaan buah dan terdapat spora berwarna putih. Pada buah kopi yang masih berwarna hijau (muda), seluruh daging buah juga akan menghitam atau mengalami kebusukan, sehingga terjadi kerusakan pada biji kopi. Sedangkan pada buah kopi yang berwarna merah (matang), patogen ini hanya menginfeksi kulit buah, sehingga daging buah dan biji tidak rusak (Laila et al., 2011).

Penutup; Salam semangat, Mari Belajar Bersama Menuju Petani Cerdas, Terampil, Produktif, Mandiri dan Sejahtera. Perkebunan Jaya – Petani Sejahtera. (by.TST)

 

Layanan Informasi dan Manfaat Interkoneksi Agribisnis Perkebunan (LIMI AP)

Klinik Usaha Agribisnis Perkebunan (KUAP)